Thursday 22 May 2014

Lubang Kehidupan

Waktu itu, saat dalam perjalanan pulang setelah seharian bekerja, hujan begitu lebat, selokan di kiri dan kanan jalan meluap, sehingga jalan raya seolah-olah bagaikan sungai besar dengan banyak bebatuan yang hanyut terbawa arus. Seketika, pikiran saya melayang, membayangkan apa yang akan terjadi 10, 20, bahkan 100 tahun ke depan, jumlah penduduk yang semakin bertambah sedangkan lahan yang tidak pernah bertambah, kondisinya pasti jauh lebih parah.

Saat semua lahan berubah menjadi bangunan, tentu alam pun ikut berubah. Air yang sekarang bisa kita dapatkan dari pekarangan kita sendiri, kelak..... mungkin tidak lagi. Udara sejuk dan bersih yang bisa kita hirup setiap hari,  kelak.. mungkin tidak lagi. Tanah subur yang bisa kita dapatkan dari pekarangan kita, kelak... mungkin tidak lagi.... Itulah alam... semua bergantung dari kita manusia...

Menjamurnya rumah sebagai tempat tinggal memang tidak akan terelakkan, tapi apakah kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk alam kita..?, tentu saja bisa, andaikan kita mau berusaha dan berfikir jauh ke depan. Tidak perlu "wah"..., cukup sederhana dan memulainya dari pekarangan kita sendiri. Apa yang saya lakukan bersama keluarga, dengan menanam lebih banyak pepohonan, membuat sumur resapan, membongkar halaman beton dan mengembalikannya menjadi tanah, adalah langkah untuk mewujudkan pekarangan kami menjadi lebih bersahabat dengan alam. 


Pembongkaran beton di halaman belakang.

Lebih banyak pepohonan lebih menyenangkan.


Langkah yang kami lakukan barulah sedikit, perlu langkah lain agar pekarangan kami benar-benar menjadi lebih bermanfaat bagi keluarga dan alam sekitar kami. Dan yang masih menjadi kendala bagi kami adalah bagaimana kami bisa mengendalikan air hujan supaya tidak banyak mengalir ke sungai, tapi bisa sebanyak-banyaknya meresap ke tanah di pekarangan kami, selain itu, bagaimana kami bisa memanfaatkan sampah dedaunan dari pepehonan yang jatuh di pekarangan kami menjadi lebih bermanfaat.


Pembongkaran beton halaman depan.

Pembuatan sumur resapan.

Lubang kehidupan.....

Teringat masa kecil di panti asuhan, kami sering membuat lubang di tanah dengan luas kira-kira 1 meter x 1 meter dengan kedalaman sekitar 50 cm. Setiap hari setiap kami menyapu halaman, semua sampah daun kami masukkan ke dalam lubang tersebut, dan setelah penuh kami tutup kembali, terkadang kami tanami pohon pisang, kemudian membuat lubang lagi di tempat lain. Perlu waktu lama bagi kami untuk menyadari manfaat dari apa yang kami lakukan waktu itu. Tapi itulah bentuk sederhana dari kepadulian kita terhadap lingkungan. 


Lubang tong bagian bawah.

3 tong yang telah kami lubangi dan siap dimasukkan ke tanah


Dari konsep sederhana itulah, kami mencoba untuk mengulang kembali, tentunya di pekarangan kami. Pekarangan sempit tentu tidak memungkinkan bagi kami untuk berpindah pindah tempat. Saat ini, kami mencoba membuat di 3 lokasi. Yang kami lakukan sekarang tentu berbeda, kami menggunakan tong yang kami lubang bagian samping dan bawah dan kemudian kami masukkan ke dalam tanah dan hanya menyisakan penutupnya saja di permukaan.


Keponakan penuh semangat ikut membantu.

Davi  juga bantu ya Om... 

Ino coba masuk ya Om.... Ya.....

Harapan kami dengan tong tersebut, kami dapat memperoleh kompos yang telah terproses secara alami dari dedaunan yang kami masukkan setiap hari. Manfaat lain yang bisa kami peroleh, saat hujan datang, lubang tersebut mampu menjadi jalan yang sangat mudah bagi air hujan untuk kembali ke tanah dan tidak memilih jalan ke sungai. 


Sebelum tong dimasukkan, lubang di isi  pupuk kandang.

Pupuk kandang katanya bisa mempercepat proses pembusukan,
karena banyak mikroba pengurai.

tong yang sudah masuk.


Setiap hari sampah daun kering akan kami masukkan.

Nah... biar rapi di tutup lagi ya....

"Lubang kehidupan" kami menyebutnya, karena dengan lubang itulah, alam lingkungan pekarangan kami bisa terjaga. Daun kembali menjadi tanah yang subur dan bisa bermanfaat untuk kehidupan pepohonan. Air hujan menjadi lebih cepat meresap ke dalam tanah, dan kami, termasuk pepohonan dan binatang masih dapat menikmati air bersih dari pekarangan kami. 

Dari pekarangan kita... mari menjadikannya lebih bersahabat dengan alam....