Saturday 14 November 2015

Update-Akuaponik Kolam Koi II

Setelah mencoba menggunakan media arang kayu, dan mencoba memahami 'rumah' bakteri, akhirnya kami memutuskan untuk mengganti media tanam di akuaponik kolam koi. Kali ini kami mencoba menggunakan media pasir malang dan pecahan batu. 
Untuk pasir malang dari kesan pertama memang ada keunggulan yaitu ringan, seperti memiliki rongga-rongga, dan ketika dicoba mengaliri air, air dengan cepat bisa meresap dengan baik. Menggunakan media pasir malang menjadi lebih mudah dalam melakukan penanaman, selain itu melakukan pembibitan dari biji bisa langsung dilakukan karena biji tidak akan hanyut. 


Media pasir malang


Media kerikil berlapis.


Seiring waktu, kendala muncul, pasir malang mulai 'seret', di aliran masuk air menjadi tergenang akibat kotoran yang mulai menyumbat, selain itu lumut juga mulai tumbuh. Tentu ini akan menjadi masalah, sehingga mencari solusi yang lebih baik. 


Aliran air mulai terhambat kotoran
dan mulai ditumbuhi lumut.


Dari masalah yang kami hadapi dengan media pasir malang, kami akhirnya mencoba dengan lapisan berlapis dan aliran air pun kami modifikasi supaya aliran bisa langsung mengalir ke lapisan bagian bawah termasuk kotoran yang dibawanya. Media berlapis yang kami maksud adalah, 
1. Lapisan paling bawah diisi media ukuran yang agak besar sekitar 1-2 cm, tujuannya supaya endapan bisa terkumpul di lapisan bawah lebih banyak.
2. Lapisan tengah diisi media yang ukurannya lebih kecil.
3. Lapisan atas diisi pasir kasar, dalam hal ini bisa menggunakan pasir malang atau kerikil halus.

Karena sistem yang dibangun menggunakan sistem pasang surut, maka air pasang hanya menyentuh lapisan atas bagian bawah, sehingga permukaan tidak terlalu basah, dan saat disemai dari biji di lapisan atas, bisa tumbuh dengan baik. 


Lapisan berlapis


Untuk aliran air, kami memasang pipa yang bisa mencapai lapisan bawah, sehingga aliran air yang membawa kotoran halus bisa langsung mencapi lapisan bawah, dan endapan tidak lagi menghambat di permukaan.


Dipasang pipa sampai lapisan bawah, debit air
 juga bisa terlihat.


Sampai sejauh ini, untuk lapisan berlapis semua berjalan baik, tidak terjadi genangan air dan lumut yang tumbuh. Kami prediksi, memang akan ada kendala suatu saat nanti saat membongkar growbed, tapi itu biarlah menjadi sebuah cerita tersendiri nanti.




Oh..iya, untuk diketahui, adanya akuaponik, air kolam koi kami menjadi lebih jernih dan itu terjadi secara stabil, bahkan dampak panasnya elnino tak berpengaruh, air tetap jernih.


Jernih terus bertahan


Kami hanya ingin berbagi, semoga ada manfaatnya.

Trimakasih.

Friday 30 October 2015

Jangan Meremehkan Bak Pengendapan (Akuaponik)

Pada pertengahan tahun 2011, kami membangun kolam koi di belakang rumah, dan kami menerapkan filter vegetasi yang dulu kami pelajari dari sini, dimana di bak pengendapan diberi tanaman untuk menyerap unsur hara. Untuk tanaman kami menggunakan kiambang, karena 'kerakusannya' menyerap unsur hara.
Setelah mencoba mengamati pertumbuhan kiambang, memang ada perbedaan kesuburan. Pada awalnya kiambang terlihat kurang subur, daun berwarna kekuningan sebagai tanda unsur hara belum tersedia banyak. namun seiring waktu, kami sempat kewalahan karena pertumbuhannya begitu pesat dan semakin banyak.


Kiambang di awal kami menanam.


Kiambang yang tumbuh lebih subur.

Sebelumnya, kami belum mengenal akuaponik, sehingga frekuensi membersihkan endapan kotoran lebih sering, mungkin bisa 1-2 bulan sekali. Dari pengalaman kami selama membersihkan bak pengendapan, memang ada perbedaan antara pengendapan bak ke-1 & ke-2. Bak ke-1 cenderung banyak sekali kotoran yang belum terurai sempurna, untuk dedaunan cenderung menjadi berlendir, dan jika dalam jangka waktu satu minggu saja tidak diambil, maka bak ke-1 akan berbau. Berbeda dengan bak pengendapan ke-2, kotoran yang mengendap teksturnya lembut seperti lumpur tapi tidak berbau. Bak pengendapan ke-2 lebih banyak diisi oleh kotoran yang sudah hancur dan terurai. 
Meskipun tidak secara langsung kami mengamati, akan tetapi seringnya kami melakukan pembersihan endapan, kami menjadi hapal dengan apa yang kami lihat. Dan untuk kasus tanaman, ada perbedaan yang memang menurut kami menarik, antara pertumbuhan sebelum dibersihkan dan sesudah dibersihkan. Sebelum dibersihkan, bak-2 akan terdapat banyak sekali endapan halus dan tanaman begitu subur, dengan warna hijau tua, setelah dibersihkan dan kiambang dikurangi, pertumbuhannya lebih lambat dan warna daun lebih cerah.

Setelah kini kami membangun akuaponik, secara tidak sengaja kami melihat ada hal-hal yang menurut kami memang perlu dicermati dari bak pengendapan. Kami mengenal akuaponik sejak pertengahan tahun 2012 dan beberapa kali kami membangun akuaponik dengan berbagai desain. Dari berbagai pengalaman itulah kami mencoba memutar lagi memori kami, karena kami menduga adanya peranan penting dari bak pengendapan terhadap kesuburan tanaman.    
Dimulai dari kiambang di filter kolam koi, jelas memperlihatkan adanya peranan endapan. Lebih dari itu, ketika kami sudah menerapkan akuaponik di kolam koi, dan setelah kami membersihkan endapan di bak ke-2, ternyata tanaman sayur akuaponik juga mengalami perubahan. Beberapa hari setelah pembersihan, banyak tanaman akan terlihat menguning.
Dan baru-baru ini, kami semakin yakin dengan apa yang kami duga, dan mungkin akan terlihat jelas perbedaanya jika kita melihat foto di bawah ini.


Saat pengendapan penuh kotoran


Setelah pengendapan dibersihkan.

Setelah kami membangun menara akuaponik, kami tidak menyangka sama sekali jika tanaman sawi tumbuh begitu subur, tanaman tumbuh besar dan daun berwarna hijau tua. Perlu diketahui, media hanya menggunakan kapas filter dan air dikucurkan melewati dinding pralon. Tapi setelah kami petik dan hanya menyisakan 1 tanaman, daun justru terlihat mulai menguning, dan itu terjadi setelah bak pengendapan dibersihkan. Dari kejadian ini semakin menegaskan akan dugaan itu, tentu saja kami juga memiliki beberapa bukti lain yang bisa menegaskan hal ini.  

Memang ada banyak yang coba diamati, tapi kejadian sawi di menara akuaponik inilah yang menurut kami 'telak'. Semoga apa yang coba kami amati ini benar adanya. 

Kami membangun akuaponik secara alami, jadi dengan cara mengamati kami mencoba untuk mempelajari. Dan tentu saja kami memiliki pegangan, bahwa alam ini tercipta secara sempurna jadi dengan cara alami semua bisa dilakukan, hanya butuh ketelatenan dan kesabaran untuk mengenalnya lebih dalam. 

Salam Akuaponik.


Saturday 24 October 2015

Mencoba Memahami "Rumah" Bakteri (Akuaponik)

Dalam akuaponik, bakteri nitrifikasi memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan ikan dan tanaman, kehadirannya, merombak amoniak yang bisa meracuni ikan menjadi nitrit-nitrat yang tidak beracun bahkan menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Salah satu sifat dari bakteri nitrifikasi adalah tidak bergerak atau nonmotil dan cenderung melekat pada suatu permukaan benda di sekelilingnya. Dengan sifat tersebut, membuat kita berfikir, jika di dalam filter atau di dalam wadah tumbuh (growbed) hanya ada sedikit benda/media, maka jumlah bakteri tersebut juga sedikit.

Jujur saya sendiri agak kesulitan untuk memahami "rumah" bakteri ini, dan butuh waktu lama untuk paham. Terkadang saat saya sedang, maaf "BAB" he..., saya sering terdiam untuk mencoba memahami, dan mencoba mencari, mengapa banyak artikel menyarankan untuk menggunakan media tertentu dan ukuran yang tertentu pula. Dari pengalaman sulitnya memahami, maka saya mencoba untuk memahami dengan cara saya sendiri. Dalam hal ini saya hanya mencoba memahami dari segi luasan media sebagai tempat bakteri melekat.

1. Jumlah media

Jika mengacu pada sifat bakteri yang melekat pada permukaan benda, maka jika tidak ada benda di dalam filter atau growbed, kemungkinan besar jumlah bakteri akan sangat sedikit. Saya memcoba membuat ilustrasi dengan memasukkan benda dalam sebuah tong.

Semakin banyak benda, semakin banyak bakteri
bisa melekat

Jika kita hanya memasukkan 1 buah benda, maka bakteri akan melekat pada permukaan benda tersebut. Jika semakin banyak benda kita masukkan, maka permukaan yang tersedia akan semakin luas, sehingga kemungkinan besar bakteri yang melekat pada benda-benda tersebut akan semakin banyak.

2. Ukuran media

Untuk 'mendapatkan' bakteri yang banyak, yang kita lakukan tentu bukan hanya mengisi tong supaya penuh dengan benda/media, tapi kita juga perlu mengetahui bagaimana caranya supaya benda yang kita isikan lebih efektif, sehingga bakteri yang menempel akan jauh lebih banyak. Di sini kami mencoba untuk mengetahui, apakah dengan memperkecil ukuran media, bakteri yang menempel akan semakin banyak ?





Dari gambar di atas, kami ingin mencoba mengetahui apa yang akan terjadi dengan luas permukaan sebuah balok utuh, yang kemudian dibagi menjadi 2 bagian, dan dibagi lagi menjadi 4 bagian. Dari hasil perhitungan yang kami lakukan, ternyata menunjukkan, dengan membagi sebuah benda menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, akan mendapatkan luas permukaan yang lebih besar. yang dapat kita ambil di sini, bahwa menggunakan materi/banda yang berukuran kecil, ternyata lebih baik jika dibandingkan menggunakan materi/benda yang lebih besar.
Mungkin itulah alasan mengapa dalam filter sebuah kolam atau akuarium digunakan media yang ukurannya tidak terlalu besar.

3. Media berpori/berongga.

Bagi yang suka dunia perikanan dalam sebuah sistem 'tertutup', peranan filter sangat penting sekali. Di dalam filter sendiri, sering kita jumpai media sebagai rumah bakteri dengan desain berongga, dan pertanyaannya mengapa harus berongga ?. Kami mencoba untuk menghitung dan membandingkan luasan balok tidak berongga dan yang berongga.



Menghitung luasan balok berongga dan tak berongga.

Setelah kami coba menghitung, ternyata balok berongga memiliki luasan yang lebih besar, dan itu artinya dengan bahan/materi berongga tentu akan semakin banyak bakteri yang bisa melekat.

*****

Dari 3 hal di atas, yaitu jumlah media, ukuran media, dan media berongga, tentu ada sedikit gambaran bagaimana kita akan membangun rumah bakteri. Mengapa saya mencoba menghitung dengan benda berbentuk balok, tujuannya supaya mempermudah saja. Mungkin kita bertanya, mengapa bioball bentuknya bulat, berongga dan ringan, demikian juga kaldnes yang memiliki bentuk silinder dengan banyak rongga dan 'sirip', mungkin dengan bentuk yang silinder, bola, akan memperkecil kontak antar permukaan benda, sehingga antar benda tersebut juga terdapat banyak rongga.

Apa yang saya coba pahami ini, hanya menyangkut luasan media saja, tentu masih banyak faktor lain yang akan mempengaruhi. Dan sekali lagi, saya hanya mencoba memahami dengan cara saya sendiri jadi maaf bila ada banyak kesalahan & kekurangan.




Salam Akuaponik

Saturday 10 October 2015

Menara Sayur Akuaponik #1

Sudah lama ingin sekali membuat menara sayur untuk akuaponik, tapi belum kesampaian juga, karena waktu yang sangat terbatas. Dengan membuat menara sayur, harapannya akan lebih menghemat ruang. Meskipun sempit, dengan cara menanam secara vertical, tentu sayuran yang ditanam juga bisa banyak. 
Hingga pada suatu hari entah kapan he..., ada ide untuk membuat menara sayur akuaponik dari menara sayur yang selama ini digunakan untuk menanam dengan menggunakan media tanah. Dari pengalaman selama ini, ketika kami melakukan penyiraman, air tidak meluber keluar, bahkan tanahnya pun demikian, sehingga ada ide untuk mencoba merubahnya menjadi menara sayur akuaponik. 

Ide sudah ada, tapi terkendala ketinggian menara, jika harus menyediakan pompa lagi, rasanya bukan pilihan yang tepat, karena kami ingin tetap berhemat listrik. Jalan yang harus kami tempuh adalah menyesuaikan yang telah ada, jadi kami harus memotong menara menjadi dua bagian, supaya aliran air dari tong pengontrol bisa tetap mengalir.

Tanggal 15 September 2015, ditemani si kesil Dik Tirta, kami mencoba membuat dengan memanfaatkan barang-barang yang ada. Untuk percobaan awal ini, kami ingin melihat bagaimana perkembangan tanaman dengan model menara, apakah tanaman bisa tumbuh dengan baik.  


Bagian bawah menggunakan pot
dan tutup tong biru kecil.


Karena masih mencoba, kami hanya menggunakan busa/kapas filter untuk meletakkan tanaman, dan air yang melewati dinding pralon akan membasahi busa tersebut.


Begini cara kami meletakkannya.


Bagian bawah, memanfaatkan pot tanaman.


Kami menngunakan metode semprot ala "shower" he...


Bagian atas menara ditutup supaya tidak tumbuh lumut, dan
mengurangi penguapan.


Pengairan menggunakan model shower akan menjadi masalah apabila kotoran tidak ter-filter dengan baik. Beberapa hari setelah sistem berjalan, lubang shower tertutup kotoran, dan kami baru mengetahui setelah ada tanaman yang layu pada salah satu sisi.

Hari berganti, dan tak kami duga sayuran bisa tumbuh dengan subur. Kami (saya & istri) sampai heran, hanya dengan mengalirkan air ke dinding pralon supaya membasahi busa/kapas filter ternyata bisa subur. Dari ujicoba menara pertama ini, kami kemudian mengembangkan lagi, tentu dengan menggunakan media yang lain dan cara pengairan yang lain pula. 



Usia 10 hari, usai dipindah.


Usia 25 hari usai dipindah.


15 Oktober 2015

Jujur, saya tak mengira sawi di menara bisa tumbuh subur, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi. Sawi yang di tanah di pot, bahkan kalah jauh sekali, padahal semua disemai bersama.



Umur 30 hari dari pindah tanam.


Tampak dari atas.


Trimakasih..

Salam Akuaponik.

Thursday 27 August 2015

'Chicken Coop' nya Wana Wana

Masa kecil di Panti Asuhan Ganjuran memang penuh kenangan, tak hanya manis tapi juga pahit semua terbingkai menjadi satu. Sejak kecil, beternak dan bercocok tanam adalah bagian dari rutinitas keseharian, mulai dari pagi sebelum matahari terbit, dilanjutkan sepulang sekolah. Memang berat awal-awal menjalani, tapi setelah terbiasa semua akan terasa lebih ringan, apapun pekerjaan itu. Mungkin memang seperti itulah sebuah proses.


Setiap pagi kami membersihkan kandang babi ini.


Kendaraan tempur kami


Saya menunggu giliran he...

Kebiasaan beternak dan bercocok tanam mungkin telah mendarah daging he..., sehingga kini setelah berkeluarga, kami ingin mewujudkannya kembali. Beternak ayam adalah salah satu keinginan yang mungkin masih bisa dilakukan disela sempitnya lahan kami. Tujuan kami hanya sederhana yaitu kami bisa menikmati telur dari ayam yang kami pelihara sendiri, mendengar suara 'petok petok', 'kukuruyuk' dan lebih dari itu kami juga ingin terus belajar.

Mungkin Tuhan memang sudah memiliki rencana, karena setelah pembangunan akuaponik "Wana Wana" selesai, dan kami tinggal menikmati hasil, seorang teman seperjuangan di Panti Asuhan, Irwan Haryono alias Jiok, memberi kami sepasang ayam bangkok. Bagi kami itu sebuah rejeki, kehadiran sepasang ayam tersebut tentu membuat kami sangat bersemangat untuk sesegera mungkin membuat kandang ayam.

Tepat tanggal 5 Agustus 2015, kami mulai membuat kandang ayam yang sederhana tapi nyaman bagi ayam kami. Sepulang kerja sekitar pukul 4 sore, selama 3 hari dibantu oleh Pedro Soares, kami memulai membuat kandang ayam sampai jam 8 malam. Lelah itu pasti bahkan badan kami sering gatal gatal karena mungkin tersentuh oleh ulat. Dan akhirnya pada tanggal 8 Agustus 2015, selama seharian kami dapat menyelesaikan kandang untuk ayam-ayam kami.





Medannya sulit untuk kami bergerak.


Chicken coop sederhana kami.


Anjing kami yang selalu memantau he..

Telur ayam merupakan lauk vavorit bagi keluarga kami, jadi kami lebih memilih memelihara ayam sendiri karena kami bisa menjamin bahwa ayam kami sehat dan juga diberi makanan yang alami.. 



Dik Tirta ikut senang melihat ayamnya...


Semoga kami segera mendengar suara 'petok petok', kukuruyuk setiap pagi dan mendapati telur ayam di 'chicken coop' nya wana wana... he...

30 Agustus 2015

Pagi ini, akhirnya suara ayam berkokok terdengar untuk pertama kalinya sejak pertama memelihara dan bagi kami hal itu sangat menyenangkan he... Kata mas Irwan Haryono, sahabat yang memberi ayam, memang usia ayam tersebut masih sangat muda, meskipun ukuran badannya besar, jadi belum bisa berkokok. Memang suara yang terdengar pagi ini masih pendek, sepertinya ayam jago tersebut masih dalam proses belajar he... 


Wajah mereka pagi ini he...


5 Oktober 2015

Dan akhirnya, tanggal 3 Oktober 2015, telur ayam perdana sudah terlihat di petarangan... kata Istri tercinta, ayam betina bersuara "petok..petok..petok" lama sekali, mungkin itu pertanda ayam bertelur he.... Senang rasanya melihat telur ayam di petarangan, meskipun hanya satu.






Kukuuruyuuukkkkk....


Saturday 1 August 2015

Akuaponik "menembus" Kampung Gurami


Kampung Gurami


Dusun Kergan Tirtomulyo Kretek Bantul, yang terletak di ujung selatan Pulau Jawa, dikenal sebagai "Kampung Gurami". Setiap keluarga dipastikan memiliki kolam untuk beternak ikan gurami, bahkan dari data yang sempat kami lihat, setiap tahun jumlah peternak ikan gurami mengalami peningkatan.
Minggu 26 Juli 2015, keluarga "wana wana" diundang teman-teman KKN UGM untuk membantu mensosialisasikan dan membuat akuaponik sederhana sebagai salah satu program mereka di kampung tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, kami telah berkoordinasi dengan teman-teman KKN yang diwakili oleh Nur Annisa Maharani, mahasiswi biologi angkatan 2012, sebagai penanggung jawab kegiatan. Berbagai hal harus kami tanyakan untuk memenuhi sayarat bahwa kolam layak dijadikan percontohan akuaponik, meskipun hanya sederhana, mulai dari volume, lokasi, aliran air, dll. Kami sedikit kaget ketika mengetahui luas kolam, itu di luar bayangan kami, karena selama ini kami membuat akuaponik dalam skala kecil dan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan kami sendiri. Tapi bagaimanapun itu adalah sebuah tantangan yang harus kami hadapi.

Berpedoman pada data yang ada, kami akhirnya membuat desain, kami kirim lewat email dan oleh teman-teman KKN disampaikan kepada warga. Seperti sebuah perlombaan tarik tambang, tarik ulurpun dilakukan, desain lengkap yang menggunakan beberapa tong sebagi pengendapan dan filter, ternyata kurang berkenan bagi warga. Desainpun dibuat lebih sederhana dengan hanya menggunakan satu tong pengendapan, meskipun sempat tidak berkenan, akhirnya dengan berbagai alasan yang tentu masuk akal, warga akhirnya berkenan menerima.

Pada dasarnya bisa tanpa tong, tapi tentu yang menjadi korban nantinya adalah kinerja dan keawetan pompa, karena akan banyak kotoran yang menyumbat, sementara lokasi ada di persawahan yang agak jauh dari rumah. Karena ini sebagi percontohan kami tetap memasukkan tong sebagai bahan edukasi.

Pada hari Rabu, 22 Juli 2015 perwakilan teman-teman KKN datang ke rumah untuk membicarakan lebih detail tentang program tersebut, dalam pembicaraan tersebut kita juga membicarakan mengenai kondisi di lapangan yang sesungguhnya. Dari pembicaraan kami baru tahu, ternyata kolam terpal bukan di atas tanah, meskipun masih ada ruang kosong untuk menempatkan tong di luar kolam, tapi rasanya sangat tidak mungkin untuk satu percontohan kita harus merubah yang sudah ada, sedangkan warga belum benar-benar memahami akan apa yang kita kerjakan demikian juga manfaatnya. Dan akhirnya, kita putuskan menempatkan tong di dalam kolam, meskipun kami dari wana-wana belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. 


Desain akhir.


Minggu tanggal 26 Juli 2015, sekitar pukul 08.30 WIB, kami dari keluarga wana-wana meluncur menuju "kampung gurami", sampai di Dusun Ganjuran Bantul,  kami berhenti untuk menunggu jemputan dari teman-teman KKN, karena lokasi yang dituju harus masuk perkampungan. Sampai di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, kami istirahat sejenak sambil menunggu warga untuk berkumpul. Sebelum memulai acara, kami melihat lokasi yang akan dijadikan percontohan akuaponik, dan memang semua berada di luar apa yang kami bayangkan he... Karena bersamaan dengan kegiatan gotong royong di kampung tersebut, akhirnya sosialisasi diwakili oleh 3 orang warga, yaitu Bapak Sunarto yang memahami hal-hal teknis, Bapak Satijan sebagai pemilik kolam, dan salah satu Bapak yang namanya kami tidak tahu (maaf Pak).. he... 



Keluarga wana wana menunggu jemputan he...


Kondisi yang sesungguhnya, cantik bukan..?


Sebelum bekerja, kami menjelaskan sedikit tentang
akuaponik dan apa yang akan dilakukan di lapangan.


Dalam proses perjalanan, ada beberapa kendala yang harus kami hadapi, selain bahan yang kurang cocok, yang paling "berat" adalah ketika kami memasukkan tong ke dalam kolam. Ketinggian air kolam ternyata membuat tong tenggelam, terpaksa kami harus mengganjal dengan batubata supaya tong lebih tinggi. Masalah lain ternyata muncul, akibat tekanan air kolam, tong menjadi tidak stabil, beberapa batubata kami masukkan tapi hal tersebut kurang membantu. Buah dari kebersamaan, kami semua saling memberikan saran dan ide yang akhirnya masalah itu terselesaikan.




Soal bambu serahkan pada ahlinya...he...


Lagi mikir apa Mas Rio..?


Makasih Mas Adib "sang pahlawan",
sudah mau nyebur he....


Semua menyumbang ide untuk masalah yang dihadapi,
dan itu benar-benar mengasyikkan.


Meskipun sebelumnya belum pernah saling mengenal, akan tetapi dalam waktu yang singkat, rasa kekeluargaan dan kerjasama bisa terjalin dengan baik, tanpa perlu "komando" semua melakukan pekerjaan masing-masing tanpa rasa beban. Ditengah kesibukan, warga yang telah selesai dengan aktivitasnya, mulai bergabung untuk membantu dan terkadang bertanya untuk sesuatu hal yang mereka belum pahami.


Mas Apeo dan Mas Adib mempersiapkan talang
untuk wadah tanam.


Kami semua bekerja sesuai keahlian  he....


Mbak Irene, Mbak Ayu & Mbak Tira belajar ngamplas
untuk persiapan ngamplas gapura katanya he... 


Dukungan keluarga itu sangat penting..

Setelah berjam-jam kami bekerja, sekitar pukul 17.00 sore kami mengakhiri kegiatan kami, meskipun belum selesai seluruhnya, tapi kami sudah mencoba sistem dan berjalan dengan baik. Memang masih ada kendala, karena kami berusaha memanfaatkan potensi yang ada di kampung, salah satunya bambu sebagai penyangga, sehingga sulit untuk mendapatkan bambu yang benar-benar lurus dan kuat. Akibat bambu yang tidak lurus, menyebabkan posisi talang tidak rata, ditambah saat talang diisi media, bambu semakin melengkung. Tapi pada intinya, bahwa masalah itu dapat diatasi sendiri oleh teman-teman KKN dan Warga. Dan karena sudah semakin larut, kami dari keluarga wana wana harus berpamitan untuk selanjutnya pulang ke rumah kami.  Benar-benar satu hari yang melelahkan tetapi sangat menyenangkan.


Kita narsis dulu, kapan lagi bisa seperti ini he...
Mas Adib, Saya, Mbak Irene, Mbak Annisa, Mbak Tira,
Mbak Ana, Mbak Ayu (kiri-kanan)

  

TIM AKUAPONIK KERGAN 

(TIM KKN BTL SUB UNIT 1 2015)
1. Nur Annisa Maharani (Biologi 2012)
2. Irene Artha Uli  (MIPA 2012)
3. Muhammad Adib M (Peternakan 2011)
4. Ayu Hastungkoro (Teknologi Pertanian 2012)
5. Tira Kenis C (Kimia 2012)
6. Riandaru Bimo  (Hukum 2010)
7. Anastasia Anastiti (FKG 2012)
8. Afrioni Roma Rio (MIPA 2012)

9.   Bpk Sunarto
10. Bpk Satijan
11. Bpk NN
12. keluarga wana wana

Bagi kami keluarga wana wana, kegiatan ini benar-benar sebuah anugerah, karena kami bisa banyak belajar dari masalah yang kami hadapi dilapangan bersama teman-teman KKN dan warga. Kami juga benar-benar bersyukur bahwa pengalaman kami selama ini dalam membangun akuaponik di pekarangan kami, ternyata sangat membantu kami dalam mengatasi berbagai hal, sehingga dalam keadaan waktu yang terbatas, kami tetap mampu menyelesaikannya. 

Dan akhirnya terimakasih dari keluarga wana wana untuk teman-teman KKN dan Warga untuk undangan ini, terimakasih untuk kerjasama yang indah. Meskipun sangat sederhana, semoga akuaponik ini menjadi sebuah awal, yang nantinya dapat ditularkan kepada warga yang lain dan akhirnya dapat bermanfaat lebih.




6 Agustus 2015

Tanggal 1 Agustus 2015, kami dapat kiriman foto perkembangan akuaponik, tentu kami senang dengan hal tersebut. Yang membuat kami senang, bahwa akuaponik yang kita bangun masih terus diperbaiki oleh teman-teman KKN dan Bapak-bapak. Yang lebih menggembirakan, tidak hanya memberi penyangga tambahan supaya kuat dan seimbang, tapi lokasi di sekitar kolam juga dipercantik.


Terlihat lebih cantik.

Teringat kata-kata Bapak Narto yang ingin membuat akuaponik percontohan ini menarik, karena dengan cara seperti itu warga akan menjadi lebih tertarik, dan kami sangat sependapat. 
Dari foto yang dikirim, ada juga foto biji sawi yang sudah mulai tumbuh, bagi kami hal tersebut sangat menyenangkan karena dari awal inilah warga mulai bisa sedikit memahami.


Biji sawi yang mulai tumbuh.

8 September 2015

Meskipun sudah tidak terlibat lagi, tapi kami masih sering menanyakan kepada Adik-adik KKN tentang perkembangan akuaponiknya, kami ingin memastikan semua berjalan baik sampai nanti tanaman akuaponik dapat dinikmati.
Pada 9 Agustus 2015, di sekitar lokasi akuaponik, diadakan sebuah acara perlombaan. Lokasi tempat berlangsungnya acara tersebut dibuat begitu menarik dan nyaman, tentu tak ketinggalan percontohan akuaponik yang juga dibuat begitu menarik. Acara tersebut dihadiri oleh banyak keluarga, sehingga merupakan sebuah kesempatan yang dimanfaatkan oleh Adik-adik KKN untuk memperkenalkan akuaponik kepada keluarga yang hadir di tempat tersebut.


Anak-anak bermain di lokasi akuaponik


Suasana yang begitu nyaman.


Kreasi Adik-adik KKN

Menjelang hari-hari terakhir Adik-adik ber-KKN, kami menanyakan kabar perkembangan akuaponik dan berharap ada kabar baik yang bisa kami dapatkan. Dan kabar itu datang juga, ada kabar baik dan ada yang sedikit kurang baik he.. Untuk kabar baiknya, kangkung akuaponik sudah bisa dipanen, tapi yang memanen bukan Adik-adik KKN, melainkan Bapak si pemilik kolam. Mendengar kabar itu kami sedikit kecewa, tapi... itu hanya diawal saja, karena ternyata, Bapak Satijan sang pemilik kolam, membagikan hasil panenan kangkung supaya dimasak dan dinikmati oleh Adik-adik KKN. Senang rasanya mendengar kabar itu, karena akhirnya akuaponik percontohan itu bisa berjalan, bahkan sampai bisa dinikmati hasil panenannya. 
Ketika mendengar kabar bahwa kangkung dipanen oleh Bapak Satijan, kami mencoba berfikir lebih jernih dan penuh keyakinan bahwa Bapak Satijan yang merelakan kolamnya dijadikan percontohan pasti juga merasa senang bisa menikmati hasil dari akuaponiknya. Sayang, menjelang akhir Adik-adik ber-KKN, tidak ada hasil jepretan foto akuaponik, tapi kami masih tetap bersyukur karena ada foto kangkung hasil panenan pemberian Bapak Satijan he....


Dan ini hasil panenan he..


Terimakasih untuk tim KKN Kampung Gurami
Tira, Nisa, Ana, Irene, Ayu, Rio, Adib, Bimo


Semoga menjadi kenangan...

17 April 2016

Beberapa waktu lalu kami coba menanyakan kepada salah satu teman KKN mengenai kabar kelanjutan akuaponik. Dan kabar yang diterima kurang menyenangkan, karena setelah teman-teman KKN meninggalkan lokasi (selesai KKN) beberapa waktu kemudian, akuaponik tidak dilanjutkan oleh warga. Alasan coba kami dapatkan, dan salah satu alasannya karena listrik yang dibayarkan untuk kebutuhan pompa mahal. Yah.... sedikit kecewa, tapi tak apalah, karena bagaimanapun biaya tetap dibutuhkan, tapi setidaknya mereka sudah mengenal akuaponik, mungkin siapa tahu, suatu saat ada generasi muda mereka yang tertarik... semoga he...

Terimakasih dan Salam Akuaponik