Thursday 27 August 2015

'Chicken Coop' nya Wana Wana

Masa kecil di Panti Asuhan Ganjuran memang penuh kenangan, tak hanya manis tapi juga pahit semua terbingkai menjadi satu. Sejak kecil, beternak dan bercocok tanam adalah bagian dari rutinitas keseharian, mulai dari pagi sebelum matahari terbit, dilanjutkan sepulang sekolah. Memang berat awal-awal menjalani, tapi setelah terbiasa semua akan terasa lebih ringan, apapun pekerjaan itu. Mungkin memang seperti itulah sebuah proses.


Setiap pagi kami membersihkan kandang babi ini.


Kendaraan tempur kami


Saya menunggu giliran he...

Kebiasaan beternak dan bercocok tanam mungkin telah mendarah daging he..., sehingga kini setelah berkeluarga, kami ingin mewujudkannya kembali. Beternak ayam adalah salah satu keinginan yang mungkin masih bisa dilakukan disela sempitnya lahan kami. Tujuan kami hanya sederhana yaitu kami bisa menikmati telur dari ayam yang kami pelihara sendiri, mendengar suara 'petok petok', 'kukuruyuk' dan lebih dari itu kami juga ingin terus belajar.

Mungkin Tuhan memang sudah memiliki rencana, karena setelah pembangunan akuaponik "Wana Wana" selesai, dan kami tinggal menikmati hasil, seorang teman seperjuangan di Panti Asuhan, Irwan Haryono alias Jiok, memberi kami sepasang ayam bangkok. Bagi kami itu sebuah rejeki, kehadiran sepasang ayam tersebut tentu membuat kami sangat bersemangat untuk sesegera mungkin membuat kandang ayam.

Tepat tanggal 5 Agustus 2015, kami mulai membuat kandang ayam yang sederhana tapi nyaman bagi ayam kami. Sepulang kerja sekitar pukul 4 sore, selama 3 hari dibantu oleh Pedro Soares, kami memulai membuat kandang ayam sampai jam 8 malam. Lelah itu pasti bahkan badan kami sering gatal gatal karena mungkin tersentuh oleh ulat. Dan akhirnya pada tanggal 8 Agustus 2015, selama seharian kami dapat menyelesaikan kandang untuk ayam-ayam kami.





Medannya sulit untuk kami bergerak.


Chicken coop sederhana kami.


Anjing kami yang selalu memantau he..

Telur ayam merupakan lauk vavorit bagi keluarga kami, jadi kami lebih memilih memelihara ayam sendiri karena kami bisa menjamin bahwa ayam kami sehat dan juga diberi makanan yang alami.. 



Dik Tirta ikut senang melihat ayamnya...


Semoga kami segera mendengar suara 'petok petok', kukuruyuk setiap pagi dan mendapati telur ayam di 'chicken coop' nya wana wana... he...

30 Agustus 2015

Pagi ini, akhirnya suara ayam berkokok terdengar untuk pertama kalinya sejak pertama memelihara dan bagi kami hal itu sangat menyenangkan he... Kata mas Irwan Haryono, sahabat yang memberi ayam, memang usia ayam tersebut masih sangat muda, meskipun ukuran badannya besar, jadi belum bisa berkokok. Memang suara yang terdengar pagi ini masih pendek, sepertinya ayam jago tersebut masih dalam proses belajar he... 


Wajah mereka pagi ini he...


5 Oktober 2015

Dan akhirnya, tanggal 3 Oktober 2015, telur ayam perdana sudah terlihat di petarangan... kata Istri tercinta, ayam betina bersuara "petok..petok..petok" lama sekali, mungkin itu pertanda ayam bertelur he.... Senang rasanya melihat telur ayam di petarangan, meskipun hanya satu.






Kukuuruyuuukkkkk....


2 comments:

  1. Senang sekali membaca kisah mas Nanang, sangat indah walaupun dulunya merupakan pengalaman berat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang untuk bersenang senang, kita harus bersakit-sakit dahulu, dan semua melalui sebuah proses tidak ada yang instan...

      Trimakasih Om Jan..

      Delete