Wednesday 1 July 2015

Kolaborasi Aquaponik dan Vermicomposting

Dari pengalaman ber-aquaponik, peran cacing cukup besar khususnya dalam mensuplai nutrisi bagi tanaman, akan tetapi, pakan yang tersedia bagi cacing sangat terbatas, sementara cacing akan terus berkembang biak. Pakan cacing di akuaponik, selama ini berasal dari kotoran ikan dan sisa pakan yang terbawa air sampai ke media tanam, itupun jika sistem yang digunakan tidak memakai filter, yang salah satu bagiannya adalah pengendapan. Jika sistem yang dibangun menerapkan pengendapan, tentu pakan bagi cacing akan semakin sedikit, tetapi jika tidak diterapkan, media tanam akan cepat sekali penuh dengan kotoran ikan dan sisa pakan. 

Menambahkan pakan bagi cacing seperti dedaunan di atas media tanam secara terus menerus mungkin kurang baik, perlu cara supaya penambahan pakan bagi cacing tidak menimbulkan dampak negatif bagi sistem khususnya tanaman. Dan salah satu cara yang dicoba adalah menyiapkan wadah khusus bagi cacing, dan pakan dari dedaunan dapat secara langsung dimasukkan ke dalam wadah tersebut, dan nantinya, di dalam wadah tersebut akan terjadi proses pengkomposan yang dilakukan oleh cacing atau disebut juga vermicomposting. Supaya hasil dari pengkomposan tersebut dapat dinikmati oleh tanaman, maka wadah  tersebut dihubungkan dengan sistem akuaponik secara langsung sehingga menjadi satu-kesatuan sistem.  

Untuk menggabungkan wadah vermicomposting dalam akuaponik memang tidak mudah, hal tersebut karena cacing tidak mau tinggal jika wadah tersebut tergenang air secara terus menerus, atau wadah yang kondisinya kering. Dari pengalaman ber-akuaponik selama ini, tentu ada banyak pengalaman tentang kondisi lingkungan yang membuat cacing betah untuk tinggal. Dari pengalaman itulah saya mencoba membuat wadah vermicomposting yang bisa terhubung langsung dengan akuaponik, memang tidak sempurna, akan tetapi semua terus berproses sehingga nanti akan diperoleh banyak pengalaman, dan didapat desain wadah yang semakin baik.

Untuk membangun aquaponik & vermicomposting ini, saya gunakan kolam fiber, hal ini karena memang kolam tersebut selalu saya gunakan untuk percobaan-percobaan kecil, jadi akan selalu mengalami perubahan, berbeda dengan aquaponik ibc, sistemnya sudah berjalan sangat baik dan matang. 



Skema Akuaponik & Vermicomposting

Dan desain wadah untuk vermicomposting adalah seperti gambar di bawah ini.


Wadah cacing

Pada wadah untuk vermicomposting, air yang menggenang hanya sekitar 10 cm dan diisi dengan bebatuan. Adapun fungsi dari bebatuan antara lain sebagai ruang bagi cacing jika sewaktu-waktu ada predator, selain itu juga sebagi penopang sampah dedaunan sehingga tidak menutup celah/sayatan dan air dapat lancar mengalir. Air dari biofilter akan mengalir tanpa henti jadi wadah akan selalu dalam keadaan basah, selain itu dedaunan juga akan cepat membusuk dan cacing bisa dengan mudah memakannya. 

Dan satu hal yang menjadi tujuan dengan menyediakan wadah khusus vermicomposting dalam aquaponik, supaya sisa sayuran di dapur yang tidak dimasak (dibuang), dapat dimanfaatkan untuk pakan cacing dan kotoran cacing tersebut akhirnya berfungsi untuk menyuburkan sayuran di aquaponik.  

Dan mulai pertengahan bulan Juni 2015, proses pengerjaan "kolaborasi aquaponik dan vermicomposting " dimulai he..


Proses pengecatan talang selesai.


Menggunakan bell siphon mini.


Media tanam arang kayu


Semoga sesuai harapan he...


Perkembangan tanaman

7 Juli 2015

Sehari setelah pengisian media arang kayu, masing masing talang langsung saya tebar biji sayuran (3 jenis sawi berbeda pada talangyang berbeda dan 1 talang ditebar biji selada) dan karena biji-biji tersebut sudah kadaluarsa, maka saya sebar merata dalam jumlah banyak, karena mungkin sudah tidak tumbuh. Selang 2 hari ternyaya biji tersebut tumbuh, namun ada 1 talang yang sama sekali tidak tumbuh he..


Sayuran umur 8 hari.


Usia 2 minggu.

22 Juli 2015

Menanam memang membutuhkan kesabaran, tidak serta merta semua langsung "terjadi" dalam waktu yang singkat. Mengamati dan berusaha mengecek sistem untuk mengantisipasi jika ada hal-hal yang kurang beres adalah hal yang harus dilakukan setiap hari, tepatnya pagi sebelum berangkat kerja dan sore sepulang kerja sambil memberi makan ikan bersama anak tercinta he.. Sebuah rutinitas yang memang mengasyikkan, apalagi jika melihat perkembangan tanaman yang tumbuh subur. 
Sejak dibangun, memang ada beberapa kendala yang terjadi, antara lain pada vermicomposting, pengairan dan bell siphon. 
Pada wadah vermicomposting memang banyak sampah, jadi wajar jika sering terjadi genangan air, yang kita lakukan setiap pagi atau sore adalah memastikan tidak terjadi genangan akibat kotoran yang menghalangi sayatan-sayatan pada pipa dengan cara memutar pipa tersebut. Akan tetapi, meskipun ada genangan air ternyata cacing masih tetap nyaman di dalamnya he... Tapi, kedepan dengan pengalaman ini, semoga bisa mendapatkan desain yang lebih bagus lagi.
Untuk pengairan terutama pada pipa yang masuk ke talang, sengaja tidak dipasang kran, sehingga untuk tiap-tiap kran tidak mendapatkan aliran yang merata, imbasnya tentu pada kinerja bell siphon. Untuk talang ke-4 yang ditanami selada yang paling banyak bermasalah, bell siphon sering sekali tidak bekerja, akibatnya air sering menggenang, tentu saja tanaman yang akan menjadi korban.
Untuk talang ke-2 yang benihnya tidak tumbuh, kali ini saya tanam jembak atau nama lainnya selada air, maaf kalo salah, meskipun baru pertama kali menanam, semoga bisa tumbuh subur.. amin... he... 


Ada beberapa daun yang mulai menguning (talang 1).


Jembak yang mulai menggeliat (talang 2)


Beberapa juga terlihat menguning (talang 3)


Selada yang pertumbuhannya memprihatinkan
korban bell siphon sering ngadat (talang 4).


Terpaksa bell siphon talang ke-4 dicopot jadilan DFT he...


Semoga semua bisa tumbuh subur he...


28 Juli 2015

Mengamati setiap hari sistem aquaponik yang kita bangun seperti tak pernah bosan-bosan karena selalu ada perubahan entah itu baik atau buruk. 
Sebelumnya talang ke-4 yang ditanami selada mengalami masalah yang mengakibatkan tanaman merana, daun selada memutih dan akhirnya kami memutuskan untuk tidak menggunakan siphon lagi. Kini setelah satu minggu perubahan itu terjadi, daun muda yang muncul berwarna hijau, bahkan dalam perkembangan tidak terjadi perubahan, daun tetap berwarna hijau, dan itu artinya masalah telah kami selesaikan denga tepat, semoga... 


Terlihat perubahan pada daun slada.

Tanaman cabe yang kami tanam di pralon, tidak ada tanda-tanda daun mengalami kekurangan unsur hara, warna daun tetap hijau tua. Kini beberapa tanaman cabe mulai menunjukkan tanda-tanda akan berbunga, kami penasaran akankah buah-buah cabe dapat bermunculan sesuai harapan kami..? 


Salah satu tanaman cabe.


Penampakan dari atas.

Berbagai sudut coba kami dokumentasikan, karena memang terkadang ada hal-hal tak terduga yang bisa dipelajari dan salah satunya adalah jarak tanam yang ternyata baru disadari setelah melihat dokumentasi tersebut. Jarak antar talang ternyata memang terlalu dekat, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman jembak yang ditanam tidak bersamaan dengan sawi dan selada. Tanaman jembak akan berusaha menjangkau sinar yang terhalang oleh tanaman sawi, tentu saja hal tersebut dapat mengakibatkan tanaman jembak tumbuh langsing, dan itulah yang terlihat dari pengamatan selama ini. 


Tanaman jembak yang terhimpit.


Tanaman sawi di talang dan di pralon
apakah akan ada perbedaan nanti ?


Meskipun umur sawi baru 1 bulan, kami sudah mulai memetiknya untuk dimasak, tapi hanya sawi yang pertumbuhannya kurang maksimal karena terhimpit oleh yang lain. Kekurangan menanam dengan kepadatan tinggi memang akan menyebabkan beberapa tanaman pertumbuhannya kurang maksimal, jadi lebih baik dipetik sebelum akhirnya mati kekurangan nutrisi dan membiarkan tanaman yang tumbuh baik tetap melanjutkan kehidupannya sampai waktunya panen.


Memetik yang pertumbuhanya kurang baik.



19 Agustus 2015

Sampai lupa bahwa kolam fiber tidak hanya growbed talang tapi ada juga pralon yang ditanami cabe dan sawi. Ada hal yang menarik kali ini, tanaman cabe memiliki daun yang hijau tua tanpa ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan yang membuat lebih menarik, ketika mulai berbunga, bunga-bunga itupun tidak rontok bahkan bisa langsung berbuah.  
Keluarga kami memang gemar makan pisang, tidak jarang kami sering menikmati pisang goreng di sore hari. Untuk kulit pisang, kami tidak membuangnya begitu saja tapi kami manfaatkan untuk pupuk, salah satunya di growbed pralon tersebut. Sebelum dimasukkan ke pralon, kulit pisang kami cacah supaya ukurannya lebih kecil sehingg mempercepat pembusukan, kulit pisang tersebut kami letakkan di ujung pipa yang juga sebagai 'input'air masuk, dengan cara ini kulit pisang akan selalu basah sehingga cepat membusuk.


Cabe 1

Cabe 2, paling banyak buahnya

Cabe 3, mulai berbunga

Cabe 4, cabe mulai bermunculan.


13 Septermber 2015

Hari ini, kami memanen selada air atau jembak yang pertumbuhannya semakin liar he.. Selada air memang tanaman yang hidup di air, jadi pertumbuhannya bagus meskipun sering tergenang, akan tetapi dalam pertumbuhannya tetap membutuhkan nutrisi. Pertumbuhan selada air yang kami tanam sangat bagus, warna daun hijau tua, dan itu menandakan nutrisi yang cukup.



Jembak terlihat cantik


Tumbuh subur di akuaponik


Hari ini kita panen.. horeee... he...



Bersambung...
  

13 comments:

  1. Salam Mas Nanang..
    bagaimana perkembangan box vermicompostingnya..dari desainnya itu air hasil vermicomposting melalui sistem siphon bell atau langsung tanpa siphon?? apa air yang keluar bukan merupakan air lindi atau air bekas kotoran yang belum terurai sempurna..bukankah lindi masih berupa air kotor yang berbahaya bagi ikan karena belum terurai unsur2nya mas..kalau setahu saya air lindi dapat dimanfaatkan setelah di aerasi untuk beberapa hari sehingga tidak berbau (unsur organik berbahaya telah terurai bakterinya, CMIIW)..ditunggu tanggapannya, karena sedang tertarik juga dengan sistem vermiponik ini..terima kasih mas, salam sukses aquaponik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kembali Mas Bee Bay.

      Terimakasih sebelumnya Mas...Kebetulan hari ini pas update tanamannya Mas he..

      Awalnya ingin disiphon tapi batal, jadi sekarang tanpa siphon dan air keluar begitu saja, dengan debit yang kecil.
      Sampai saat ini belum ada dan semoga tidak ada masalah dengan ikan Mas.. Dari apa yang saya amati tiap hari, air tidak berupa lindi, tapi uraian yang mas sampaikan tentang lindi akan coba saya amati terus..
      Mungkin yang harus kita perhatikan juga, jumlah sampah yang dimasukkan jangan terlalu berlebihan, harus disesuaikan dengan jumlah cacing, supaya sampah yang membusuk segera dimakan oleh cacing-cacing tersebut. Di lain sisi, air yang masuk ke kolam tidak hanya dari air yang terhubung ke vermicomposting, tapi dari biofilter yang terhubung ke growbed, sehingga ada penyeimbang.
      Yang saya kira tak kalah penting adalah volume filter yang harus sesuai standart dalam pembuatan kolam yaitu sekitar 30% vol. kolam, dengan demikian air akan terproses dengan baik di dalam filter tersebut.

      Karena sistem baru berjalan sekitar 2 minggu jadi belum banyak hal-hal yang menarik baik plus & minusnya yang bisa digali he...

      Mungkin demikian yang bisa saya sampaikan Mas... terimakasih banyak untuk masukkannya Mas...

      Salam akuaponik...

      Delete
    2. Terima kasih responnya mas Nanang..
      untuk box vermicomposting memang kalau debitnya kecil/menetes saya kira juga tidak akan menjadi lindi mas..selain itu cacing juga tidak tergenang air..btw sampah yang dimasukkan kedalamnya sudah setengah jadi kompos atau masih baru mas (hasil sampah dapur langsung)..trus di dalamnya cuma hidup cacing atau ada belatung, dan hewan pengurai lainnya mas..maaf banyak bertanya he3..

      Delete
    3. Sama-sama kebetulan pas lagi buka Mas jadi langsung direspon he..he..
      Untuk air, debit kecil tapi tidak menetes.. Untuk sampah yang dimasukkan sampah baru,dipotong kecil-kecil terlebih dahulu biar cepat membusuk.
      Sampai saat ini tidak ada belatung Mas, mungkin karena hanya sayuran dan tidak ada daging yang dimasukkan, dan memang tidak boleh untuk daging.
      Kebetulan dulu pernah ikut pelatihan menanam organik, di situ juga ada budidaya cacing, dan pakan yang diberikan berupa sayuran dan ketika sudah membusuk akan dimakan cacing. Saat memanen kotoran cacing, cacing dipancing dengan sayuran, sehingga cacing akan berindah ke sayuran tersebut..
      Untuk saat ini hanya cacing Mas, untuk pengurai lain mungkin ada yang dibawa oleh air dari biofilter yang tak tampak oleh mata...
      Santai saja Mas, ada pertanyaan membuat saya juga semakin detail mengamati he..
      Terimakasih Mas...

      Delete
  2. Sangat menginspirasi mas, saya juga suka berkebun (maklum wong ndeso & anak petani), tp sayang terdampar di kota yang bising, yahhh tapi msh suka iseng dihari libur tanam menanam di pot (karena gak punya pekarangan...hehehe), jadi ingin mencoba dan mempraktekanya tulisan sampeyan mas....

    makasih telah berbagi ilmu,...salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih Trimakasih dan salam kenal Mas/Mbak...
      Sebuah kebanggan dilahirkan dari orang tua petani..
      Akuaponik memang cocok untuk lahan di perkotaan, kalo lahan di desa harus tetap menanam dengan tanah biar cadangan air di tanah tetap terjaga... he...

      Trimakasih & Salam Hijau...

      Delete
  3. Tak jambak maneh yo Mas;
    1. itu yg di talang pakai bell siphon apa yang apung?
    2. daun seledriku warnanya hijau muda/kurang tua krng apa trs perlu tmbh apa, air dr kolam langsung mengalir ke tanaman? media pakai pralon sama rakit apung. Mtr swn sanget nggih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha..ha.. injeh Pak..
      1. Pakai bell siphon pak, kalo pake apung kurang pas, kecuali dipararel, tapi sekarang ada yang mengalir begitu saja karena talangnya tidak terlalu tinggi.
      2. Untuk akuaponik cenderung memang lebih hijau muda.. tidak usah ditambah apa2 Pak, mungkin rumah bakterinya (bisa di filter & growbed) saja yang mungkin perlu diperhatikan..

      Nuwun kembali.. he..

      Delete
  4. Salam kenal mas...
    Bisa ngg membuat aquaponikk dengan sistim iragasi NFT(pada hydroponik) jadi tidak menggunakan media tanam. Air kolam cuma mengalis seperti yg di NFT. Ada pengaruhnya ngg bagi tanaman?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga..
      Pada dasarnya bisa, kalo di hidroponik bisa, di akuaponik seharusnya juga bisa, karena yang membedakan sumber nutrisinya. Hanya saja kalo saya perhatikan, jika dalam hidro nutrisi menyesuaikan tanaman yang di tanam, kalo dalam akuaponik, sepertinya tanaman harus menyesuaikan jumlah ikannya, kalo dipaksakan tentu tanman akan kekurangan nutrisi.
      Trimakasih..

      Delete
  5. Terimakasih atas inspirasinya..... salam....

    ReplyDelete
  6. Mau tanya nih Om.....
    Kalau menggunakan pipa paralon untuk menanam sayuran bagaimana ya Om caranya....? Seperti tanaman cabe yg di paralon itu, pakai media tanam ny apa ya Om..... terimakasih,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih kembali Mas Hanif..

      Kalo yang di paralon itu pake sistem pasang surut, dan di dalamnya ada media kerikil, aliran air sangat lambat, dan penanaman langsung ke medianya Mas... Karena tanaman cabe membutuhkan nutrisi lebih lengkap, di ujung pralon saya kasih cacahan kulit pisang Mas...
      Pralonnya jangan terlalu kecil Mas, dan jarak antar tanaman jangan terlalu dekat.

      Trimakasih..

      Delete